Sepak bola Indonesia masih cukup dihargai di Asia. Buktinya, hanya klub Indonesia yang bisa lolos langsung ke fase Grup Liga Champions Asia (LCA) 2011.
Negara Asia Tenggara lain tak memiliki wakil langsung pada kompetisi antarklub tertinggi di Benua Kuning. Peluang Arema di antara tiga klub pesaingnya pada babak awal LCA 2011 memang kecil. Namun, para punggawa klub berjuluk Singo Edansiap tempur menghadapi sulitnya medan kompetisi level Asia ini. Noh Alam Shah dkk tampak tetap optimistis dan serius melahap setiap sesi latihan di Stadion Kanjuruhan, pekan lalu.
Tiga kali latihan, termasuk persiapan malam hari, menjadi pilihan bagi Arema untuk mematangkan strategi dan stamina menuju ajang ini. Bagi Miroslav Janu, membawa Arema di LCA bukan merupakan hal asing. Pada 2007, pelatih bertangan dingin ini juga menukangi Arema pada kompetisi serupa. Miro, sapaan pria asal Republik Ceko, memang mengakui di LCA 2011, perjuangan keras dan peluang anak asuhnya tipis.
Selain kualitas pemain yang sangat jauh berbeda dengan negara seperti Jepang, China, Australia, Korea Selatan (Korsel), segi pendanaan juga sangat kurang. ”Saya tidak bicara Arema, tapi klub Indonesia secara keseluruhan. Kualitas yang dimiliki pemain Indonesia levelnya jauh di bawah pemain Asia lain,” kata Miro. Ungkapan Miro sangat mendasar. Pasalnya, kala membawa Arema di LCA 2007, dia sudah merasakan getirnya tersingkir dari fase grup.
Jangankan bermimpi lolos, memenangkan laga pun sudah terlampau sulit. Lantas, bagaimana kiprah Arema musim ini? Sesuai prediksi sang arsitek, tak banyak perubahan. Namun, kondisi ini tak menciutkan nyali para pemain Arema. Semangat tempur untuk meraih hasil maksimal diusung jangkar Arema Ahmad Bustomi. Pemain tengah yang performanya sedang bagus ini menyatakan, siap memberikan permainan terbaiknya.
”Kami akan tampil maksimal dan bermain sebaik mungkin. Soal hasil, tentunya itu urusan belakang bagi kami. Yang perlu ditegaskan sekarang adalah kerja keras dulu,” tandasnya. Selain mengirim wakil di LCA 2011, Indonesia juga memiliki dua klub yang bertarung di Piala AFC musim ini. Dua duta negeri ini adalah Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC (SFC).
Khusus SFC, sebenarnya perjuangan mereka sudah dimulai sejak pertengahan Februari lalu. Sebagai juara Piala Indonesia 2010, Laskar Wong Kito berhak maju ke LCA 2011 dengan melalui babak play-off. Namun, setelahmelewati wakil Thailand Muangthong United di fase pertama, SFC gagal di final play-off. Klub kaya Uni Emirat Arab (UEA) AL Ain jadi tim yang mengganjal SFC. SFC pun gagal ke fase Grup LCA dan hanya puas pada level dua kompetisi Asia ini. Namun, tekad klub ini besar di Piala AFC 2011.
Mereka mengusung target tinggi dengan membidik minimal lolos hingga semifinal. Target ini dianggap cukup realistis oleh manajemen SFC, PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM). Sebab, musim lalu SFC tampil baik dan menjadi juara grup di Piala AFC 2010, sebelum ditaklukkan Thaiport FC (Thailand) pada babak 16 besar. Sasaran besar SFC ini ditanggapi penuh semangat Ivan Kolev.
Pelatih SFC ini menilai, gangguan atas target itu justru datang dari liga lokal. ”Mau bertanding dengan tim mana pun bukan masalah bagi kami. Namun, yang kami takuti adalah jadwal ketat Indonesia Super League (ISL), yang bisa mengganggu SFC bertanding di Piala AFC,” tandas Kolev. Kerisauan Kolev coba dinetralisasi salah satu pemain utama SFC Budi Sudarsono.
Penyerang senior ini siap kerja keras demi target itu, meski sejumlah masalah sering menghalangi langkah mereka. ’’Kami dihuni sejumlah pemain muda, tapi emosi mereka sangat stabil. Dengan kondisi seperti ini, saya yakin SFC akan tampil sangat baik di Piala AFC nanti,” ujarnya. Dari Persipura, klub berjuluk Mutiara Hitam ini sedang berharap ada perubahan venue untuk laga kandang mereka.
Persipura memang berpeluang kembali merumput di markas angkernya, Stadion Mandala di Jayapura. ”Senin (28/2) besok kami akan berkirim surat kepada AFC agar Persipura bisa bermain di Jayapura. Kami meminta AFC untuk segera melakukan peninjauan ke Stadion Mandala. Sebelumnya Persipura direkomendasikan bermain di SUGBK karena problem stadion dan rute penerbangan,” kata Joko Driyono, CEO PT Liga Indonesia.
Renovasi besar-besaran sudah dilakukan manajemen Persipura untuk Mandala membuat stadion layak pakai. Selain faktor stadion, kelayakan venue juga didasarkan kemudahan transportasi. ”Stadion sudah siap, termasuk infrastruktur pendukung. Tidak ada masalah dengan rute penerbangan. Kami meminta AFC melakukan peninjauan ulang. AFC memang memakai referensi tahun sebelumnya. Kami berharap itu bisa direalisasikan, meski sepak bola Indonesia sedang dihadapkan dengan masalah pelik, tandasnya. ■ estu santoso
Negara Asia Tenggara lain tak memiliki wakil langsung pada kompetisi antarklub tertinggi di Benua Kuning. Peluang Arema di antara tiga klub pesaingnya pada babak awal LCA 2011 memang kecil. Namun, para punggawa klub berjuluk Singo Edansiap tempur menghadapi sulitnya medan kompetisi level Asia ini. Noh Alam Shah dkk tampak tetap optimistis dan serius melahap setiap sesi latihan di Stadion Kanjuruhan, pekan lalu.
Tiga kali latihan, termasuk persiapan malam hari, menjadi pilihan bagi Arema untuk mematangkan strategi dan stamina menuju ajang ini. Bagi Miroslav Janu, membawa Arema di LCA bukan merupakan hal asing. Pada 2007, pelatih bertangan dingin ini juga menukangi Arema pada kompetisi serupa. Miro, sapaan pria asal Republik Ceko, memang mengakui di LCA 2011, perjuangan keras dan peluang anak asuhnya tipis.
Selain kualitas pemain yang sangat jauh berbeda dengan negara seperti Jepang, China, Australia, Korea Selatan (Korsel), segi pendanaan juga sangat kurang. ”Saya tidak bicara Arema, tapi klub Indonesia secara keseluruhan. Kualitas yang dimiliki pemain Indonesia levelnya jauh di bawah pemain Asia lain,” kata Miro. Ungkapan Miro sangat mendasar. Pasalnya, kala membawa Arema di LCA 2007, dia sudah merasakan getirnya tersingkir dari fase grup.
Jangankan bermimpi lolos, memenangkan laga pun sudah terlampau sulit. Lantas, bagaimana kiprah Arema musim ini? Sesuai prediksi sang arsitek, tak banyak perubahan. Namun, kondisi ini tak menciutkan nyali para pemain Arema. Semangat tempur untuk meraih hasil maksimal diusung jangkar Arema Ahmad Bustomi. Pemain tengah yang performanya sedang bagus ini menyatakan, siap memberikan permainan terbaiknya.
”Kami akan tampil maksimal dan bermain sebaik mungkin. Soal hasil, tentunya itu urusan belakang bagi kami. Yang perlu ditegaskan sekarang adalah kerja keras dulu,” tandasnya. Selain mengirim wakil di LCA 2011, Indonesia juga memiliki dua klub yang bertarung di Piala AFC musim ini. Dua duta negeri ini adalah Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC (SFC).
Khusus SFC, sebenarnya perjuangan mereka sudah dimulai sejak pertengahan Februari lalu. Sebagai juara Piala Indonesia 2010, Laskar Wong Kito berhak maju ke LCA 2011 dengan melalui babak play-off. Namun, setelahmelewati wakil Thailand Muangthong United di fase pertama, SFC gagal di final play-off. Klub kaya Uni Emirat Arab (UEA) AL Ain jadi tim yang mengganjal SFC. SFC pun gagal ke fase Grup LCA dan hanya puas pada level dua kompetisi Asia ini. Namun, tekad klub ini besar di Piala AFC 2011.
Mereka mengusung target tinggi dengan membidik minimal lolos hingga semifinal. Target ini dianggap cukup realistis oleh manajemen SFC, PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM). Sebab, musim lalu SFC tampil baik dan menjadi juara grup di Piala AFC 2010, sebelum ditaklukkan Thaiport FC (Thailand) pada babak 16 besar. Sasaran besar SFC ini ditanggapi penuh semangat Ivan Kolev.
Pelatih SFC ini menilai, gangguan atas target itu justru datang dari liga lokal. ”Mau bertanding dengan tim mana pun bukan masalah bagi kami. Namun, yang kami takuti adalah jadwal ketat Indonesia Super League (ISL), yang bisa mengganggu SFC bertanding di Piala AFC,” tandas Kolev. Kerisauan Kolev coba dinetralisasi salah satu pemain utama SFC Budi Sudarsono.
Penyerang senior ini siap kerja keras demi target itu, meski sejumlah masalah sering menghalangi langkah mereka. ’’Kami dihuni sejumlah pemain muda, tapi emosi mereka sangat stabil. Dengan kondisi seperti ini, saya yakin SFC akan tampil sangat baik di Piala AFC nanti,” ujarnya. Dari Persipura, klub berjuluk Mutiara Hitam ini sedang berharap ada perubahan venue untuk laga kandang mereka.
Persipura memang berpeluang kembali merumput di markas angkernya, Stadion Mandala di Jayapura. ”Senin (28/2) besok kami akan berkirim surat kepada AFC agar Persipura bisa bermain di Jayapura. Kami meminta AFC untuk segera melakukan peninjauan ke Stadion Mandala. Sebelumnya Persipura direkomendasikan bermain di SUGBK karena problem stadion dan rute penerbangan,” kata Joko Driyono, CEO PT Liga Indonesia.
Renovasi besar-besaran sudah dilakukan manajemen Persipura untuk Mandala membuat stadion layak pakai. Selain faktor stadion, kelayakan venue juga didasarkan kemudahan transportasi. ”Stadion sudah siap, termasuk infrastruktur pendukung. Tidak ada masalah dengan rute penerbangan. Kami meminta AFC melakukan peninjauan ulang. AFC memang memakai referensi tahun sebelumnya. Kami berharap itu bisa direalisasikan, meski sepak bola Indonesia sedang dihadapkan dengan masalah pelik, tandasnya. ■ estu santoso