Meski tidak lagi memperkuat Tim Nasional, pesona pemain naturalisasi berdarah Indo-Belanda, Irfan Bachdim, masih memikat sejumlah kalangan, dengan mendapat pelukan dari seorang mahasiswi.Hal ini terjadi ketika Irfan Bachdim menjadi salah satu narasumber dalam acara Dies Natalies Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Kota Malang, Jawa Timur, Rabu.
Irfan yang ayahnya, Bachdim berasal dari Lawang, Malang bersama Bima Sakti dan Pelatih Persema, Timo Scheuneman, menjadi narasumber dalam dialog tentang sepak bola Indonesia di masa mendatang.
Dalam dialog itu, Timo menjelaskan, bangsa Indonesia adalah bangsa besar, oleh karena itu harus mempunyai cita-cita besar pula dalam bidang sepak bola, salah satunya masuk dalam kancah Piala Dunia.
Menurunnya prestasi sepak bola Indonesia disebabkan beberapa faktor, salah satunya penggunaan APBD untuk tim sepak bola dan bukan untuk pembinaan sepak bola, hal ini sangat bertentangan dengan peraturan FIFA.
"FIFA jelas melarang jika APBD diperuntukkan untuk tim sepak bola, oleh karena itu hadirnya Liga Primier Indonesia sangat mendukung kemajuan sepak bola nasional karena tanpa APBD, dan bisa dialihkan untuk pembinaan dan pembangunan lapangan bola yang layak," ujar Timo.
Usai Timo memberikan materi mengenai sepak bola, giliran Irfan Bachdim menjelaskan beberapa prestasi yang dia peroleh saat membela Timnas, salah satunya selebrasinya (gaya merayakan gol) usai menjebol gawang Malaysia dalam Piala AFC.
Belum selesai menjelaskan, tiba-tiba seorang mahasiswi UIN Malang yang ditunjuk menirukan selebrasi Irfan Bacdim, langsung memeluk pemain tampan yang saat ini memperkuat tim Persema Malang tersebut.
Mendapat pelukan dari seorang mahasiswi, pemain yang pernah merumput untuk tim Ajax Belanda itu, hanya melempar senyum dan disambut tepuk tangan serta teriakan mahasiswi lainnya yang menjadi peserta dalam dialog itu.
Bachdim menganggap, sikap spontan mahasiswi itu adalah wajar.
"Saya mempunyai penggemar yang mayoritas cewek dan saya anggap perilakunya masih wajar. Saya juga suka sekali dengan Indonesia, oleh karena itu tidak salah, saya memilih menjadi warga Indonesia," ujarnya yang disambut tepuk tangan oleh seluruh peserta dialog.
Ia menjelaskan, tidak terpilihnya kembali dia untuk memperkuat Timnas tidak menjadi halangan baginya untuk tetap berprestasi, sebab sebagai pemain profesional kelayakan pemain Timnas bukan dari liga yang diikuti, melainkan dari cara serta teknis yang bagus ketika bermain.
Oleh karena itu, Irfan mengaku akan tetap konsentrasi merumput di LPI dan terus menjadi pemain yang bagus serta profesional, sebab dia yakin suatu saat Timnas akan memanggilnya kembali. (ant/cax)
Irfan yang ayahnya, Bachdim berasal dari Lawang, Malang bersama Bima Sakti dan Pelatih Persema, Timo Scheuneman, menjadi narasumber dalam dialog tentang sepak bola Indonesia di masa mendatang.
Dalam dialog itu, Timo menjelaskan, bangsa Indonesia adalah bangsa besar, oleh karena itu harus mempunyai cita-cita besar pula dalam bidang sepak bola, salah satunya masuk dalam kancah Piala Dunia.
Menurunnya prestasi sepak bola Indonesia disebabkan beberapa faktor, salah satunya penggunaan APBD untuk tim sepak bola dan bukan untuk pembinaan sepak bola, hal ini sangat bertentangan dengan peraturan FIFA.
"FIFA jelas melarang jika APBD diperuntukkan untuk tim sepak bola, oleh karena itu hadirnya Liga Primier Indonesia sangat mendukung kemajuan sepak bola nasional karena tanpa APBD, dan bisa dialihkan untuk pembinaan dan pembangunan lapangan bola yang layak," ujar Timo.
Usai Timo memberikan materi mengenai sepak bola, giliran Irfan Bachdim menjelaskan beberapa prestasi yang dia peroleh saat membela Timnas, salah satunya selebrasinya (gaya merayakan gol) usai menjebol gawang Malaysia dalam Piala AFC.
Belum selesai menjelaskan, tiba-tiba seorang mahasiswi UIN Malang yang ditunjuk menirukan selebrasi Irfan Bacdim, langsung memeluk pemain tampan yang saat ini memperkuat tim Persema Malang tersebut.
Mendapat pelukan dari seorang mahasiswi, pemain yang pernah merumput untuk tim Ajax Belanda itu, hanya melempar senyum dan disambut tepuk tangan serta teriakan mahasiswi lainnya yang menjadi peserta dalam dialog itu.
Bachdim menganggap, sikap spontan mahasiswi itu adalah wajar.
"Saya mempunyai penggemar yang mayoritas cewek dan saya anggap perilakunya masih wajar. Saya juga suka sekali dengan Indonesia, oleh karena itu tidak salah, saya memilih menjadi warga Indonesia," ujarnya yang disambut tepuk tangan oleh seluruh peserta dialog.
Ia menjelaskan, tidak terpilihnya kembali dia untuk memperkuat Timnas tidak menjadi halangan baginya untuk tetap berprestasi, sebab sebagai pemain profesional kelayakan pemain Timnas bukan dari liga yang diikuti, melainkan dari cara serta teknis yang bagus ketika bermain.
Oleh karena itu, Irfan mengaku akan tetap konsentrasi merumput di LPI dan terus menjadi pemain yang bagus serta profesional, sebab dia yakin suatu saat Timnas akan memanggilnya kembali. (ant/cax)