Ketua Umum Persiwa Wamena, Jhon Banua, mengatakan tim Badai Pegunungan dipastikan akan mengundurkan diri dari ajang persepakbolaan nasional bila aliran dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ke klub mulai 2012 benar-benar dihentikan.
Keputusan itu diambil sebagai satu-satunya pilihan meskipun akan berdampak besar pada dunia sepak bola Papua. “Kami akan bubar, mau darimana dana didapat jika APBD dihentikan,” kata Banua , Jumat (8/4).
Menurutnya, bubarnya Persiwa sudah pasti akan membuat penggemar sepak bola Papua kecewa. Meski demikian ia tetap menghormati keputusan yang diambil pemerintah. “Kita pasti akan kesulitan jika itu benar-benar dijalankan. Ya itu tadi, mana ada perusahaan atau pihak swasta yang mau membantu kita, jadi ya bubar saja,” ujarnya.
Persiwa hingga 2011 adalah salah satu klub di Papua yang masih bergantung pada APBD. Tiap tahunnya tim kebanggaan warga Pegunungan itu mendapat kucuran duit hingga miliaran rupiah. “Nilai pastinya naik turun, itu semua untuk membiayai keberangkatan, penginapan, gaji pemain, dan lain-lain.”
Banua mengatakan, belum terpikirkan untuk berpindah ke Liga Primer jika terjadi penghentian kucuran dana APBD. “Belum ada itu, belum terpikirkan,” ucapnya singkat.
Sebelumnya Komisi Pemberantasan Korupsi merekomendasikan kepada pemerintah agar menghentikan kucuran dana hibah dari kas daerah untuk membiayai klub professional yang berada di bawah PSSI. KPK menemukan adanya konflik kepentingan penggunaan APBD lantaran faktor kepala daerah juga merangkap sebagai ketua atau pengurus sepakbola.
“Ini sebenarnya sudah lama dibicarakan, tapi jika benar terjadi tahun depan, terpaksa akan banyak klub di Papua undur diri,” kata Banua.
Persiwa sendiri merupakan klub professional di Papua yang bermain di ajang Liga Super Indonesia. Saat ini, tim Badai Pegunungan menempati peringkat tujuh dengan poin 27 dari 18 kali laga yang telah dilaluinya.
Keputusan itu diambil sebagai satu-satunya pilihan meskipun akan berdampak besar pada dunia sepak bola Papua. “Kami akan bubar, mau darimana dana didapat jika APBD dihentikan,” kata Banua , Jumat (8/4).
Menurutnya, bubarnya Persiwa sudah pasti akan membuat penggemar sepak bola Papua kecewa. Meski demikian ia tetap menghormati keputusan yang diambil pemerintah. “Kita pasti akan kesulitan jika itu benar-benar dijalankan. Ya itu tadi, mana ada perusahaan atau pihak swasta yang mau membantu kita, jadi ya bubar saja,” ujarnya.
Persiwa hingga 2011 adalah salah satu klub di Papua yang masih bergantung pada APBD. Tiap tahunnya tim kebanggaan warga Pegunungan itu mendapat kucuran duit hingga miliaran rupiah. “Nilai pastinya naik turun, itu semua untuk membiayai keberangkatan, penginapan, gaji pemain, dan lain-lain.”
Banua mengatakan, belum terpikirkan untuk berpindah ke Liga Primer jika terjadi penghentian kucuran dana APBD. “Belum ada itu, belum terpikirkan,” ucapnya singkat.
Sebelumnya Komisi Pemberantasan Korupsi merekomendasikan kepada pemerintah agar menghentikan kucuran dana hibah dari kas daerah untuk membiayai klub professional yang berada di bawah PSSI. KPK menemukan adanya konflik kepentingan penggunaan APBD lantaran faktor kepala daerah juga merangkap sebagai ketua atau pengurus sepakbola.
“Ini sebenarnya sudah lama dibicarakan, tapi jika benar terjadi tahun depan, terpaksa akan banyak klub di Papua undur diri,” kata Banua.
Persiwa sendiri merupakan klub professional di Papua yang bermain di ajang Liga Super Indonesia. Saat ini, tim Badai Pegunungan menempati peringkat tujuh dengan poin 27 dari 18 kali laga yang telah dilaluinya.