Jakarta - Keputusan FIFA untuk mengambilalih Komite Eksekutif PSSI serta tugas harian PSSI, dinilai sebagai langkah tepat dalam menyikapi kisruh sepakbola di Tanah Air.
Seperti diberitakan sebelumnya, FIFA sudah mengambil keputusan tegas menyoal situasi persepakbolaan di Indonesia saat ini, dengan mengambil alih Komite Eksekutif (Exco) PSSI untuk digantikan dengan Komite Normalisasi.
Tindakan tersebut dilatarbelakangi kesimpulan FIFA bahwa, kepengurusan PSSI saat ini sudah tidak lagi bisa mengendalikan situasi persepakbolaan Indonesia. Kepemimpinan PSSI pun disimpulkan sudah tidak lagi kredibel.
"Langkah (FIFA) maksimal, masih bagus kita tidak dibekukan," nilai mantan Ketua Bidang Organisasi PSSI, Tondo Widodo, Senin (4/4/2011) malam WIB.
"(PSSI) Jelas tidak kredibel, tidak bisa menggelar kongres. Bukan hanya tidak kredibel, tapi juga inkompeten," sergahnya, menegaskan dukungan terhadap keputusan FIFA tersebut.
Komite Normalisasi FIFA sendiri memiliki sejumlah tugas dalam kapasitasnya nanti. Selain mengurusi status Liga Primer Indonesia (LPI) dan menyelenggarakan tugas harian PSSI, komite itu juga harus menyelenggarakan proses pemilihan berdasarkan Electoral Code FIFA dan Statuta FIFA sebelum 21 Mei mendatang.
Mengingat tugas Komite Normalisasi tidaklah ringan, anggotanya jelas harus orang-orang pilihan. Dalam rilisnya, FIFA sendiri menyebut kalau komite itu bakal terdiri dari para insan sepakbola Indonesia, yang tidak akan bisa duduk dalam sebuah posisi di PSSI dan akan bertindak sebagai komisi electoral.
Menanggapi hal tersebut, Tondo berharap FIFA secara adil dapat menunjuk orang-orang yang kompeten, berdasarkan laporan-laporan yang selama ini sudah mereka terima dari berbagai pihak.
"FIFA pasti cari dan pilih orang yang sudah mereka kenal, nggak mungkin 'kucing dalam karung'," duga Tondo.
Saat disinggung apakah dirinya sendiri menjadi salah satu orang yang sudah didekati FIFA untuk masuk ke dalam Komite Normalisasi, Tondo hanya terbahak dan menukas pendek, "Enggaklah."
Seperti diberitakan sebelumnya, FIFA sudah mengambil keputusan tegas menyoal situasi persepakbolaan di Indonesia saat ini, dengan mengambil alih Komite Eksekutif (Exco) PSSI untuk digantikan dengan Komite Normalisasi.
Tindakan tersebut dilatarbelakangi kesimpulan FIFA bahwa, kepengurusan PSSI saat ini sudah tidak lagi bisa mengendalikan situasi persepakbolaan Indonesia. Kepemimpinan PSSI pun disimpulkan sudah tidak lagi kredibel.
"Langkah (FIFA) maksimal, masih bagus kita tidak dibekukan," nilai mantan Ketua Bidang Organisasi PSSI, Tondo Widodo, Senin (4/4/2011) malam WIB.
"(PSSI) Jelas tidak kredibel, tidak bisa menggelar kongres. Bukan hanya tidak kredibel, tapi juga inkompeten," sergahnya, menegaskan dukungan terhadap keputusan FIFA tersebut.
Komite Normalisasi FIFA sendiri memiliki sejumlah tugas dalam kapasitasnya nanti. Selain mengurusi status Liga Primer Indonesia (LPI) dan menyelenggarakan tugas harian PSSI, komite itu juga harus menyelenggarakan proses pemilihan berdasarkan Electoral Code FIFA dan Statuta FIFA sebelum 21 Mei mendatang.
Mengingat tugas Komite Normalisasi tidaklah ringan, anggotanya jelas harus orang-orang pilihan. Dalam rilisnya, FIFA sendiri menyebut kalau komite itu bakal terdiri dari para insan sepakbola Indonesia, yang tidak akan bisa duduk dalam sebuah posisi di PSSI dan akan bertindak sebagai komisi electoral.
Menanggapi hal tersebut, Tondo berharap FIFA secara adil dapat menunjuk orang-orang yang kompeten, berdasarkan laporan-laporan yang selama ini sudah mereka terima dari berbagai pihak.
"FIFA pasti cari dan pilih orang yang sudah mereka kenal, nggak mungkin 'kucing dalam karung'," duga Tondo.
Saat disinggung apakah dirinya sendiri menjadi salah satu orang yang sudah didekati FIFA untuk masuk ke dalam Komite Normalisasi, Tondo hanya terbahak dan menukas pendek, "Enggaklah."