Di balik menawannya performa tim nasional Indonesia dalam ajang Piala AFF, ada seorang Alfred Riedl yang tak kenal kompromi dan bertangan besi.
Riedl ternyata adalah seseorang yang bertangan besi dan tak kenal kompromi demi mencapai tujuannya. Saat ia pertama kali datang ke pemusatan latihan tim nasional, ia memberikan latihan fisik yang luar biasa sulit kepada para pemain timnas. Beberapa pemain dikabarkan muntah-muntah karena tidak terbiasa. Tidak sedikit yang protes karena Riedl dianggap memforsir pemain. Tapi ia tidak peduli.
Kerasnya latihan fisik yang diberikan Riedl ternyata diakibatkan rendahnya VO2max yang dimiliki para pemain kita yang berujung pada sering melorotnya stamina pada penghujung pertandingan, penyakit klasik timnas kita. Dari 23 pemain yang ia jajal pada latihan pertama, hanya satu orang pemain yang dikabarkan memenuhi ambang batas VO2max, sisanya tidak. Bisa dibayangkan betapa kacaunya tim nasional kita dulu.
Selain itu Riedl juga tak mau tunduk pada kemauan petinggi PSSI yang sering seenaknya. Ia pernah mengusir Andi Darussalam Tabusalla karena dianggap tidak berkepentingan berada di area teknik. Kejadian ini menyebabkan timbul friksi antara dirinya dengan pengurus PSSI, apalagi Riedl juga enggan mendengarkan masukan dari para pejabat federasi sepakbola Indonesia yang ia anggap tak tahu apa-apa itu.
”Saya pelatih tim nasional, bukan mereka. Saya berkuasa penuh atas tim saya,” tegas Riedl kala itu.
Sifat Riedl yang tak mau diatur itu sempat membuat PSSI gerah dan ingin menggantinya dengan orang lain. Jika anda ingat, sempat ada wacana menggelikan untuk mendatangkan Fatih Terim dari Turki untuk melatih tim nasional.
Riedl juga menunjukkan hak prerogatif penuhnya saat menunjuk skuad timnas untuk Piala AFF ini. Seperti diketahui, ia mencoret nama Boaz Solossa yang tak kunjung datang memenuhi panggilan. Hal ini sempat menimbulkan prahara karena bagaimana pun Boaz adalah pemain terbaik yang dimiliki Indonesia. Riedl dianggap terlalu keras dan bisa mengancam prospek tim saat turnamen nanti.
Tapi Riedl tidak ambil pusing. Menurutnya disiplin adalah hal nomor satu dalam tim dan ia tak bisa pilih kasih terhadap seorang pemain bintang sekalipun.
Indonesia telah melaju ke final AFF dan segala kekerasan hati Riedl berdampak positif bagi timnas. Hasil kerasnya latihan fisik Riedl bisa dilihat dari stamina timnas yang bermain fit selama 90 menit, tidak lagi drop di menit-menit akhir. Tanpa Boaz, Riedl bisa memaksimalkan Oktovianus Maniani yang tak ubahnya duplikat.
Riedl, bekas striker dengan torehan 210 gol selama karirnya di liga-liga Eropa itu, telah menularkan disiplin dan semangat menyerangnya kepada tim nasional kita tanpa peduli pada suara-suara miring yang bisa menghambat kerjanya. (Supersoccer)